Halaman

Minggu, 16 April 2017

Sunday, 16-04-17

Hari ini, kumulai dengan membuka mata dipagi hari dengan handphone di tangan dan selimut masih membalut tubuh, karna tubuh ini rentan dengan segarnya udara pagi, haha. yah setidaknya aku mengikuti aktifitas anak-anak muda dewasa ini, bangun pagi bukan karna alarm tapi akibat silaunya cahaya mentari pagi yang tanpa izin masuk kamar lewat selah-selah ventilasi jendela tanpa rasa bersalah sama sekali.
Yah begitulah kira-kira aktifitasku dipagi hari, yang barangkali dilakukan oleh kebanyakan anak muda sekarang. Tanpa kita sadari, kita sudah terbiasa dengan hal-hal buruk seperti ini, tanpa ada rasa bersalah ataupun rasa malu terhadap apa yang telah kita lakukan disetiap pagi, well....akan kuawali cerita pagi ini dengan tema "Malu".
Malu adalah sebuah perasaan emosi, tidak enak hati (rendah hati, hina) karena telah melakukan sebuah kesalahan atau sesuatu yang menyalahi kebiasaan. Malu merupakan salah satu budaya bangsa kita yang sangat menonjol, terbukti, kalu kita telisik sejarah kehidupan bangsa ini, khususnya masyarakat jawa (yah, walaupun orang jawa jaman dulu terkenal dengan kesombongannya), mereka semua sangat menghargai budaya malu, malu dalam artian merasa hina ketika melakukan sesuatu yang menyalahi tradisi. Tapi, budaya malu ini seakan hilang dikalangan kaum muda saat ini, ambisi dan eksistensi telah menggerogoti pola pikir mereka, sehingga jatuhnya moralitas dan norma tak terterelakkan. Budaya konsumtif yang sangat luar biasa tanpa disadari turut menyumbang peran dalam menghapuskan budaya malu ini.
Kita lihat saja pola kehidupan pemuda sekarang, mulai dari mereka bangun tidur hingga tidur lagi, mereka awali bangun pagi ketika ketinggian matahari sudah seujung tombak, terbangun dengan rasa bingung dan kesal, seraya meraba-raba tempat tidur dengan mata masih tertutup untuk mencari sebuah barang berbentuk kotak yang biasa kita sebut handpone, setelah ketemu, mereka baru membuka mata dan menyalakan hp nya hanya untuk mengecek notifikasi, apakah semalam ada yang nge-chat atau hanya sekedar nge-like postingan instagram dan yang paling parah adalah apakah browsing history semalam sudah di hapus?... haha..
aktifitas ini berbanding terbalik 180° dengan aktifitas mengawali hari dengan para pemuda jaman dulu, ketika handphone hanya sebatas imajinasi kekanak-kanakan dan budaya konsumtif yang relatif rendah. Itu baru contoh bagaimana aktifitas pagi mereka, belum aktifitas-aktifitas setelah itu sampai mereka terlelap kembali, bisa kalian bayangkan sendiri bagaimana semua itu.
Hilangnya budaya malu ini tidak saja menjangkit kaum muda tetapi anak-anak, sebagian orang tua bahkan para pejabat negara ikut-ikutan. akibatnya adalah, Korupsi merajalela, kaum elit menjadi dewa, para hakim sering main mata, gelandangan berserakan dimana-mana, pesugihan menjadi alternatif utama, konsorsium jin dan sejenisnya menggejala, ternak tuyul dari yang ori maupun yang second dimana-mana, dukun dan paranormal laku keras, para kiyai menjadi pelawak, narkoba menjadi kebutuhan, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi jadi sarang tikus, belum lagi para polisi, media masa dan terorisme dengan berbagai dalih yang mereka keluarkan dan masih banyak lagi berbagai macam aktifitas yang membuat kita stress dan bahkan bisa gila yang seakan-akan bahkan kenyataannya semua itu bekerja sama untuk membuat bangsa indonesia kehilangan otak warasnya.
Saat ini, di tanah ini, negeri indonesia, budaya malu sudah terkikis habis dan moralitas seakan sudah punah, berbagai macam bentuk transaksi gelap bermunculan, hingga agama dikomersilkan, bahkan Tuhan dan malaikat pun turut disuap demi sekavling tanah disurga. Bisa kita katakan bahwa dewasa ini di era modern ini bangsa kita sedang terpuruk, terkungkung dalam imajinasi-imajinasi liar, narsisme dan budaya konsumtif. Seakan kita lebih suka hidup dengan pola pikir yang sama sekali tidak cerdas, miskin, kotor dan amoral, di hina, dimanfaatkan oleh para elit penguasa, disodomi oleh bangsa sendiri bahkan tetindas asalkan ada jaminan masuk surga.
Ini semua terjadi salah satunya karena hilangnya rasa malu dalam diri kita, sehingga kita tidak lagi memperhatikan kehidupan kita yang tanpa sadar sudah keluar dari kata; moralitas, normatif, dan religius.
coba kita renungkan sejenak, betapa indahnya ketika budaya malu dinegri ini masih sangat kental, mungkin kita akan merasakan yang namanya kedamaian, ketentraman, kembalinya moralitas dan norma kepada tempatnya, tidak ada lagi koruptor yang sok religius, tidak ada lagi gratifikasi antara hamba dengan tuhannya, karena kita semua sadar dan malu, bahwa semua kebiasaan semacam itu sudah keluar dari garis humanity.
betapa indahnya....

0 komentar: